Pendakian Gunung Gamalama
Mendaki Gunung Gamalama di Ternate Maluku Utara mempunyai daya tarik dan tantangan tersendiri bagi para pecinta alam pendaki gunung dan warga yang tinggal di Kota Ternate karena disamping Gunung Gamalama adalah gunung berapi aktif dengan panaorama alam yang indah juga Kota Ternate terletak persis dibawah kaki Gunung Gamalama.
Kegiatan pendakian Gunung Gamalama dengan ketinggian 1.715 meter diatas permukaan laut (m.dpl) ini dilakukan tim yang berjumlah 19 (sembilan belas) orang yang rata - rata mempunyai pengalaman mendaki pemula alias baru pertama kali.
Setelah melakukan persiapan yang cukup, pukul 20.00 WIT mulai menuju desa Moya ( +/- 400 m.dpl) yang merupakan salah satu pintu masuk tempat awal pendakian. Untuk mencapai Desa Moya ini masih bisa dilakukan dengan kendaraan bermotor. Setelah mendapat ijin sekaligus beberapa penjelasan tentang kondisi dan situasi jalur pendakian dari juru kunci / penjaga pintu masuk untuk mendaki, maka dimulailah pendakian.
Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat tiga pos istirahat utama, masing-masing pos pemberhentian berada di ketinggian +/- 1.000 m.dpl untuk Pos 1, 1300 m.pdl untuk Pos 2 ,dan 1450 mdpl untuk Pos 3.
Saat pendakian menuju pos pertama terasa semerbak aroma buah pala dan cengkeh dari pohon tanaman warga yang merupakan salah satu komoditas yang ada dari wilayah provinsi Maluku Utara. Dengan seorang pemandu dan bantuan cahaya senter memandu kami untuk terus menerobos jalur yang ada, membelah kegelapan hutan hujan tropis Gunung Gamalama.
Untuk sampai ke Pos 1 dibutuhkan waktu kurang lebih 3 Jam dengan berjalan santai, dengan jalur yang masih tergolong landai karena separuh perjalanan masih melewati kebun warga sekitar lereng gunung. Sesampainya di pos 1, kami beristirahat sejenak melepaskan beban bawaan yang ada di pundak, meneguk air minum di dalam botol air mineral yang dibagikan ke masing-masing tim pendaki.
Setelah beristirahat selama kurang lebih 20 menit, kami lanjutkan pendakian menuju Pos 2. Pendakian menuju pos 2 mulai terdengar suara binatang-binatang malam, tampak pohon besar serta semak belukar yang terdapat di setiap sisi pendakian sesekali menjadi pegangan untuk menjaga keseimbangan.
Jalur yang dilalui mulai menyempit dan menyajikan tantangan yang lebih hebat, kehatian-hatian dan kewaspadaan pun harus ditingkatkan. Tidak jarang kami harus menuruni jurang, untuk melintasi sungai kering ( barangka mati = bahasa ternate) yang ada di bawahnya, dan kemudian mendaki lagi di sisi tebing jurang lainnya.
Rombongan yang berada di depan menjadi lebih sering memantau gerak dan langkah rombongan yang di bagian belakangnya dengan mempertimbangkan ritme pendakian agar waktu capai yang direncanakan semula bisa tercapai dan berharap dapat mengejar dan melihat sunrise di puncak Gunung Gamalama.
Pukul 02.45 WIT kami mencapai pos 2, setelah sebelumnya sempat menikmati sedikit istirahat di pos persinggahan dengan ketinggian 1.150 m.dpl, kini saatnya beristirahat di pos ini dengan memasak air dan menikmati sedapnya kopi panas dengan ditemani merdunya paduan suara alam. Tampak juga pemandangan gemerlap sinar-sinar lampu dari Kota Ternate menjadi pengalaman tersendiri dari titik ini.
Lokasi Pos 3 walaupun hanya selisih ketinggian +/- 200 m.dpl dengan Pos 2, menyajikan tantangan yang tidak kalah menarik dibandingkan dengan perjalanan menuju pos-pos sebelumnya. Kami diharuskan berjalan memutar dengan jalur “zig-zag” karena jalur ini mempunyai tingkat kemiringan dan kecuraman yang lebih tinggi. Sering kali tangan diharuskan membantu menggapai jalur pendakian karena pegangan dan pijakannya mulai licin terkena embun.
Semangat menuju puncak makin tinggi seiring makin tingginya lokasi pendakian kami, keringat yang membasahi tubuh kami hilang terkena kencangnya angin malam dan dinginnya embun khas pengunungan tepat pukul 04.30 WIT tim pendaki mencapai Puncak Gunung Gamalama.
Saat itu dipuncak Gunung Gamalama sedang diselimuti kabut, sehingga peristiwa matahari terbit tidak bisa terlihat dengan jelas. Namun kombinasi tebalnya kabut, aroma belerang, dan indahnya puncak Gunung Gamalama memberikan wisata visual dan hati yang akan dikenang selamanya “a life time experience”.
Rasa puas membesarkan jiwa seolah-olah menghilangkan dahaga atas kepenatan dan keletihan yang terpancar di raut wajah sosok-sosok yang berhasil mencapainya.
Setelah berisitirahat yang cukup tibalah kami untuk turun gunung, tepat pukul 10.00 WIT, kami berkemas disempatkan sekaligus untuk memungut sampah-sampah yang ada di puncak Gunung Gamalama dan dimasukkan ke dalam plastik besar yang sudah disiapkan untuk kemudian dibawa turun ke tempat sampah yang seharusnya.
Perjalanan turun selama kurang lebih 6 jam menjadi cerita menarik diantaranya sempat terlihat fauna langka endemik maluku utara yaitu burung Kasturi Ternate (Lorius Garrulus) dalam bahasa inggrisnya dikenal dengan nama Chattering Lorry yang terbang bergerombolan di ketinggian pohon. Cahaya matahari yang terang memperlihatkan dengan jelas ganasnya jalur pendakian yang berhasil ditempuh saat mendaki semalam. Sampai alhirnya seluruh rombongan berhasil sampai kembali dengan selamat di titik Start pendakian di Desa Moya.
key search : kpknl ternate,djkn, gamalama, kpknl
Kegiatan pendakian Gunung Gamalama dengan ketinggian 1.715 meter diatas permukaan laut (m.dpl) ini dilakukan tim yang berjumlah 19 (sembilan belas) orang yang rata - rata mempunyai pengalaman mendaki pemula alias baru pertama kali.
Setelah melakukan persiapan yang cukup, pukul 20.00 WIT mulai menuju desa Moya ( +/- 400 m.dpl) yang merupakan salah satu pintu masuk tempat awal pendakian. Untuk mencapai Desa Moya ini masih bisa dilakukan dengan kendaraan bermotor. Setelah mendapat ijin sekaligus beberapa penjelasan tentang kondisi dan situasi jalur pendakian dari juru kunci / penjaga pintu masuk untuk mendaki, maka dimulailah pendakian.
Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat tiga pos istirahat utama, masing-masing pos pemberhentian berada di ketinggian +/- 1.000 m.dpl untuk Pos 1, 1300 m.pdl untuk Pos 2 ,dan 1450 mdpl untuk Pos 3.
Saat pendakian menuju pos pertama terasa semerbak aroma buah pala dan cengkeh dari pohon tanaman warga yang merupakan salah satu komoditas yang ada dari wilayah provinsi Maluku Utara. Dengan seorang pemandu dan bantuan cahaya senter memandu kami untuk terus menerobos jalur yang ada, membelah kegelapan hutan hujan tropis Gunung Gamalama.
Untuk sampai ke Pos 1 dibutuhkan waktu kurang lebih 3 Jam dengan berjalan santai, dengan jalur yang masih tergolong landai karena separuh perjalanan masih melewati kebun warga sekitar lereng gunung. Sesampainya di pos 1, kami beristirahat sejenak melepaskan beban bawaan yang ada di pundak, meneguk air minum di dalam botol air mineral yang dibagikan ke masing-masing tim pendaki.
Setelah beristirahat selama kurang lebih 20 menit, kami lanjutkan pendakian menuju Pos 2. Pendakian menuju pos 2 mulai terdengar suara binatang-binatang malam, tampak pohon besar serta semak belukar yang terdapat di setiap sisi pendakian sesekali menjadi pegangan untuk menjaga keseimbangan.
Jalur yang dilalui mulai menyempit dan menyajikan tantangan yang lebih hebat, kehatian-hatian dan kewaspadaan pun harus ditingkatkan. Tidak jarang kami harus menuruni jurang, untuk melintasi sungai kering ( barangka mati = bahasa ternate) yang ada di bawahnya, dan kemudian mendaki lagi di sisi tebing jurang lainnya.
Rombongan yang berada di depan menjadi lebih sering memantau gerak dan langkah rombongan yang di bagian belakangnya dengan mempertimbangkan ritme pendakian agar waktu capai yang direncanakan semula bisa tercapai dan berharap dapat mengejar dan melihat sunrise di puncak Gunung Gamalama.
Pukul 02.45 WIT kami mencapai pos 2, setelah sebelumnya sempat menikmati sedikit istirahat di pos persinggahan dengan ketinggian 1.150 m.dpl, kini saatnya beristirahat di pos ini dengan memasak air dan menikmati sedapnya kopi panas dengan ditemani merdunya paduan suara alam. Tampak juga pemandangan gemerlap sinar-sinar lampu dari Kota Ternate menjadi pengalaman tersendiri dari titik ini.
Lokasi Pos 3 walaupun hanya selisih ketinggian +/- 200 m.dpl dengan Pos 2, menyajikan tantangan yang tidak kalah menarik dibandingkan dengan perjalanan menuju pos-pos sebelumnya. Kami diharuskan berjalan memutar dengan jalur “zig-zag” karena jalur ini mempunyai tingkat kemiringan dan kecuraman yang lebih tinggi. Sering kali tangan diharuskan membantu menggapai jalur pendakian karena pegangan dan pijakannya mulai licin terkena embun.
Semangat menuju puncak makin tinggi seiring makin tingginya lokasi pendakian kami, keringat yang membasahi tubuh kami hilang terkena kencangnya angin malam dan dinginnya embun khas pengunungan tepat pukul 04.30 WIT tim pendaki mencapai Puncak Gunung Gamalama.
Saat itu dipuncak Gunung Gamalama sedang diselimuti kabut, sehingga peristiwa matahari terbit tidak bisa terlihat dengan jelas. Namun kombinasi tebalnya kabut, aroma belerang, dan indahnya puncak Gunung Gamalama memberikan wisata visual dan hati yang akan dikenang selamanya “a life time experience”.
Rasa puas membesarkan jiwa seolah-olah menghilangkan dahaga atas kepenatan dan keletihan yang terpancar di raut wajah sosok-sosok yang berhasil mencapainya.
Setelah berisitirahat yang cukup tibalah kami untuk turun gunung, tepat pukul 10.00 WIT, kami berkemas disempatkan sekaligus untuk memungut sampah-sampah yang ada di puncak Gunung Gamalama dan dimasukkan ke dalam plastik besar yang sudah disiapkan untuk kemudian dibawa turun ke tempat sampah yang seharusnya.
Perjalanan turun selama kurang lebih 6 jam menjadi cerita menarik diantaranya sempat terlihat fauna langka endemik maluku utara yaitu burung Kasturi Ternate (Lorius Garrulus) dalam bahasa inggrisnya dikenal dengan nama Chattering Lorry yang terbang bergerombolan di ketinggian pohon. Cahaya matahari yang terang memperlihatkan dengan jelas ganasnya jalur pendakian yang berhasil ditempuh saat mendaki semalam. Sampai alhirnya seluruh rombongan berhasil sampai kembali dengan selamat di titik Start pendakian di Desa Moya.
key search : kpknl ternate,djkn, gamalama, kpknl
No comments: