Tanda - Tanda Kamu Kecanduan Belanja [Shopaholic]
Banyak orang percaya, belanja bisa jadi salah satu cara untuk menghilangkan stres atau sedih, yang kemudian melahirkan istilah ‘retail therapy’. Tapi jika kebablasan, bukan terapi yang akan didapatkan melainkan bisa berkembang menjadi sebuah gangguan mental.
Anda pastinya pernah mendengar istilah ‘shopaholic’, yaitu orang yang kecanduan belanja. Perilaku berbelanja yang berlebihan ini, tidak hanya akan mengganggu kondisi finansial tapi juga mental. Bahkan, bisa menimbulkan depresi dan merusak hubungan asmara.
“Perilaku belanja kompulsif didefinisikan sebagai tindakan mengeluarkan uang yang tidak tepat, berlebihan dan di luar kontrol. Seperti gejala kecanduan lainnya, kecanduan belanja pada dasarnya berkaitan dengan sifat yang impulsif dan tak pernah puas,” jelas Donald Black, MD, profesor psikolog di University of Iowa College of Medicine.
Kecanduan belanja ini, sering disebut dengan ‘shopoholism’, dan orang yang terkena gangguan itu disebut sebagai shopaholic. Shopoholism memiliki beberapa gejala, yang bisa dilihat dari cara seseorang berbelanja dan menghabiskan uang, atau emosinya setelah membelanjakan uang tersebut. Berikut ini 10 tanda seseorang yang kecanduan belanja yang patut diwaspadai, seperti dikutip dari WebMD.
1. Pengeluaran Melebihi Budget
Menurut Ruth Engs, EdB, profesor ilmu kesehatan terapan di Indiana University, sering orang menghabiskan uang melebihi budget mereka dan akhirnya mengalami masalah finansial yang serius. Namun hal tersebut tak juga menjadikannya jera. Malah singkatnya, orang yang kecanduan belanja tidak menyadari batasan budgetnya.
“Orang normal pasti akan bilang, ‘Ups, saya tidak mungkin bisa membayar barang ini atau itu’. Tapi bagi orang yang kecanduan belanja tidak akan memikirkan hal itu,” jelas Ruth.
2. Kompulsif
Orang yang kecanduan belanja, cenderung akan bertindak kompulsif dalam berbelanja. Artinya, dia akan mengambil barang yang ia suka tanpa pikir panjang. Dia tidak memperkirakan apakah dia akan membutuhkan barang tersebut, sisa tabungan dan pengeluaran yang telah ia habiskan dalam sebulan.
“Saat seseorang dengan kecenderungan itu pergi belanja, mereka kerap jadi pembeli kompulsif. Misalnya mereka hanya berniat membeli sepasang sepatu, tapi akhirnya keluar dari toko dengan 10 pasang sepatu,” tutur Ruth.
3. Seringnya Frekuensi Belanja
Ruth menerangkan, kecanduan belanja adalah gangguan yang berkelanjutan, tidak hanya sekali atau dua kali. Seorang shopaholic bisa berbelanja besar lebih dari setiap tiga bulan setahun. Belanja besar di sini, artinya belanja seperti untuk keperluan hari raya atau akhir tahun, namun bisa dilakukan lebih dari dua kali dalam satu tahun.
4. Suka Menyembunyikan Masalah
Shopaholic akan menyembunyikan barang belanjaan mereka karena takut dikritik jika orang lain tahu apa yang dia beli. Seorang yang kecanduan belanja biasanya memiliki kartu kredit dan rekening rahasia.
5. Hubungan Sosial yang Bermasalah
“Hubungan asmara yang jadi bermasalah karena pengeluaran belanja yang berlebihan memang kurang awam,” ujar Rick Zehr, wakil presiden bagian Addiction and Behavioral di Proctor Hospital, Illinois Institute for Addiction Recovery.
Namun hal itu bisa saja terjadi. Hubungan bisa terganggu karena seorang shopaholic menghabiskan banyak waktu di luar rumah untuk berbelanja, menutupi utang mereka dengan tipu muslihat. Secara emosional dan fisik, pecandu belanja juga mulai mengisolasi diri mereka dari orang lain karena sudah asyik sendiri dengan perilakunya.
6. Tidak Memikirkan Konsekuensi
Kecanduan belanja, tidak selalu berkaitan dengan berapa banyak barang dan uang yang sudah dibelanjakan. Apakah orang yang menghabiskan uang lebih dari yang dia inginkan lantas langsung disebut pecandu belanja? “Belum tentu,” tutur Rick.
Seseorang bisa disebut shopaholic jika dia tidak memikirkan konsekuensi yang akan diterimanya nanti, dengan membelanjakan uang tanpa terkontrol. Apa yang dia inginkan saat itu, harus didapatkan tanpa memikirkan terlebih dulu apakah gaji bulanannya cukup untuk membayar tagihan di akhir bulan.
“Jika dia tak bisa mengontrol belanjaan, tapi justru hasrat belanja yang mengontrolnya, itu tandanya sudah di luar batas,” tambah Rick lagi.
7. Belanja Karena Emosi
Tanda lain seseorang yang shopaholic, adalah dia berbelanja setiap kali merasa marah, depresi, gelisah atau kesepian. Dia juga kerap berargumen dengan orang lain tentang kebiasaan belanjanya.
8. Tak Bisa Hidup Tanpa Kartu Kredit
Shopaholic akan merasa kehilangan tanpa memegang kartu kredit, terutama saat dia berjalan-jalan di pusat perbelanjaan. Bahkan kadang dia merasa hidupnya sudah ditarik dari kebahagiaan tanpa kartu kredit. Mereka juga lebih memilih membayar dengan kartu kredit daripada uang tunai.
9. Emosi Labil Saat dan Setelah Belanja
Saat melihat barang-barang di toko, seorang shopaholic akan merasakan semangat dan kesenangan yang luar biasa sehingga tidak sabar untuk membelinya. Namun setelah membayar, timbul rasa bersalah dan malu. Sayangnya, itu tidak membuatnya kapok untuk berbelanja lagi.
10. Berbohong
Shopaholic akan berbohong soal harga barang yang dibelinya, karena takut menerima kritik. Biasanya, dia akan menyebut harganya lebih rendah dari harga normal, karena jika orang lain tahu yang sebenarnya, dia khawatir mendapat penghakiman sebagai orang yang boros.
sumber wolipop.com
Anda pastinya pernah mendengar istilah ‘shopaholic’, yaitu orang yang kecanduan belanja. Perilaku berbelanja yang berlebihan ini, tidak hanya akan mengganggu kondisi finansial tapi juga mental. Bahkan, bisa menimbulkan depresi dan merusak hubungan asmara.
“Perilaku belanja kompulsif didefinisikan sebagai tindakan mengeluarkan uang yang tidak tepat, berlebihan dan di luar kontrol. Seperti gejala kecanduan lainnya, kecanduan belanja pada dasarnya berkaitan dengan sifat yang impulsif dan tak pernah puas,” jelas Donald Black, MD, profesor psikolog di University of Iowa College of Medicine.
Kecanduan belanja ini, sering disebut dengan ‘shopoholism’, dan orang yang terkena gangguan itu disebut sebagai shopaholic. Shopoholism memiliki beberapa gejala, yang bisa dilihat dari cara seseorang berbelanja dan menghabiskan uang, atau emosinya setelah membelanjakan uang tersebut. Berikut ini 10 tanda seseorang yang kecanduan belanja yang patut diwaspadai, seperti dikutip dari WebMD.
1. Pengeluaran Melebihi Budget
Menurut Ruth Engs, EdB, profesor ilmu kesehatan terapan di Indiana University, sering orang menghabiskan uang melebihi budget mereka dan akhirnya mengalami masalah finansial yang serius. Namun hal tersebut tak juga menjadikannya jera. Malah singkatnya, orang yang kecanduan belanja tidak menyadari batasan budgetnya.
“Orang normal pasti akan bilang, ‘Ups, saya tidak mungkin bisa membayar barang ini atau itu’. Tapi bagi orang yang kecanduan belanja tidak akan memikirkan hal itu,” jelas Ruth.
2. Kompulsif
Orang yang kecanduan belanja, cenderung akan bertindak kompulsif dalam berbelanja. Artinya, dia akan mengambil barang yang ia suka tanpa pikir panjang. Dia tidak memperkirakan apakah dia akan membutuhkan barang tersebut, sisa tabungan dan pengeluaran yang telah ia habiskan dalam sebulan.
“Saat seseorang dengan kecenderungan itu pergi belanja, mereka kerap jadi pembeli kompulsif. Misalnya mereka hanya berniat membeli sepasang sepatu, tapi akhirnya keluar dari toko dengan 10 pasang sepatu,” tutur Ruth.
3. Seringnya Frekuensi Belanja
Ruth menerangkan, kecanduan belanja adalah gangguan yang berkelanjutan, tidak hanya sekali atau dua kali. Seorang shopaholic bisa berbelanja besar lebih dari setiap tiga bulan setahun. Belanja besar di sini, artinya belanja seperti untuk keperluan hari raya atau akhir tahun, namun bisa dilakukan lebih dari dua kali dalam satu tahun.
4. Suka Menyembunyikan Masalah
Shopaholic akan menyembunyikan barang belanjaan mereka karena takut dikritik jika orang lain tahu apa yang dia beli. Seorang yang kecanduan belanja biasanya memiliki kartu kredit dan rekening rahasia.
5. Hubungan Sosial yang Bermasalah
“Hubungan asmara yang jadi bermasalah karena pengeluaran belanja yang berlebihan memang kurang awam,” ujar Rick Zehr, wakil presiden bagian Addiction and Behavioral di Proctor Hospital, Illinois Institute for Addiction Recovery.
Namun hal itu bisa saja terjadi. Hubungan bisa terganggu karena seorang shopaholic menghabiskan banyak waktu di luar rumah untuk berbelanja, menutupi utang mereka dengan tipu muslihat. Secara emosional dan fisik, pecandu belanja juga mulai mengisolasi diri mereka dari orang lain karena sudah asyik sendiri dengan perilakunya.
6. Tidak Memikirkan Konsekuensi
Kecanduan belanja, tidak selalu berkaitan dengan berapa banyak barang dan uang yang sudah dibelanjakan. Apakah orang yang menghabiskan uang lebih dari yang dia inginkan lantas langsung disebut pecandu belanja? “Belum tentu,” tutur Rick.
Seseorang bisa disebut shopaholic jika dia tidak memikirkan konsekuensi yang akan diterimanya nanti, dengan membelanjakan uang tanpa terkontrol. Apa yang dia inginkan saat itu, harus didapatkan tanpa memikirkan terlebih dulu apakah gaji bulanannya cukup untuk membayar tagihan di akhir bulan.
“Jika dia tak bisa mengontrol belanjaan, tapi justru hasrat belanja yang mengontrolnya, itu tandanya sudah di luar batas,” tambah Rick lagi.
7. Belanja Karena Emosi
Tanda lain seseorang yang shopaholic, adalah dia berbelanja setiap kali merasa marah, depresi, gelisah atau kesepian. Dia juga kerap berargumen dengan orang lain tentang kebiasaan belanjanya.
8. Tak Bisa Hidup Tanpa Kartu Kredit
Shopaholic akan merasa kehilangan tanpa memegang kartu kredit, terutama saat dia berjalan-jalan di pusat perbelanjaan. Bahkan kadang dia merasa hidupnya sudah ditarik dari kebahagiaan tanpa kartu kredit. Mereka juga lebih memilih membayar dengan kartu kredit daripada uang tunai.
9. Emosi Labil Saat dan Setelah Belanja
Saat melihat barang-barang di toko, seorang shopaholic akan merasakan semangat dan kesenangan yang luar biasa sehingga tidak sabar untuk membelinya. Namun setelah membayar, timbul rasa bersalah dan malu. Sayangnya, itu tidak membuatnya kapok untuk berbelanja lagi.
10. Berbohong
Shopaholic akan berbohong soal harga barang yang dibelinya, karena takut menerima kritik. Biasanya, dia akan menyebut harganya lebih rendah dari harga normal, karena jika orang lain tahu yang sebenarnya, dia khawatir mendapat penghakiman sebagai orang yang boros.
sumber wolipop.com
No comments: