Manfaat Wisata alam kawasan Hutan




Wisata alam sebagai salah satu manfaat intangible dari hutan tidak berbeda secara ekonomi dengan komoditi kayu atau hasil tangible lainnya, dimana permasalahannya sejak awal muncul karena adanya kebutuhan dan kelangkaan (scarcity).  Kesulitan yang paling dirasakan dalam ekonomi wisata alam adalah dalam hal penilaian (valuation) dari biaya dan manfaatnya (Darusman, 1989).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 tahun 1994, wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.

Dua hal yang membedakan wisata alam dan hasil hutan lainnya :
  1. Kesempatan rekreasi (recreation opportunity) tidak tahan lama (perishable), artinya kesempatan rekreasi yang keuntungannya tidak diambil sekarang, tidak lagi dapat diambil pada waktu mendatang.
  2. Rekreasi harus dijual di tempat, artinya konsumen harus datang ke tempat rekreasi/wisata. 

Salah satu metode penilaian manfaat yang intangible hutan yang menggunakan dasar kesediaan membayar dari konsumen adalah metode/pendekatan biaya perjalanan. Pendekatan biaya perjalanan sudah diterapkan secara luas di negara maju dalam valuasi sumber daya alam dan lingkungan, terutama sekali untuk jasa lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan rekreasi (Clawson dan J.L. Knetsch, 1966).
Salah satu metode biaya perjalanan (Travel Cost Method/TCM ) boleh dikatakan sebagai metode yang pertama kali digunakan untuk menduga nilai ekonomi sebuah komoditas yang tidak memliki nilai pasar (non-market goods). 

Metode ini beranjak pada asumsi dasar bahwa setiap individu baik aktual maupun potensial bersedia mengunjungi sebuah daerah untuk mendapatkan manfaat tertentu tanpa harus membayar biaya masuk (no entry fee).

Di dalam prakteknya, penilaian manfaat wisata alam dengan pendekatan biaya dimulai dengan cara kawasan wisata diidentifikasikan, dan kawasan yang mengelilinginya dibagi ke dalam zona konsentrik, di mana semakin jauh jaraknya, akan menunjukkan peringkat biaya perjalanan yang makin tinggi.

Survei terhadap para pengunjung kawasan wisata kemudian dilakukan pada tempat rekreasi untuk menentukan zona asal, tingkat kunjungan, biaya perjalanan, dan berbagai karakteristrik sosial ekonomi lainnya. (diklat)



No comments:

Powered by Blogger.