Performa processor berdasarkan jumlah CORE dan tentang Clock Speed
Kecenderungan dari dulu sampai sekarang, pengguna komputer melihat performa processor hanya dari sisi Clock Speed. Padahal Clock Speed tidak merepresentasikan Kecepatan Processor, melainkan hanya rentang frekuensi pembawa data dalam waktu satu detik (GHz). Clock Speed hanyalah media pembawa data, dan bukan data itu sendiri.
Walaupun secara teoritis : makin banyak frekuensi dalam waktu satu detik, akan membuat kecepatan pengolahan makin meningkat. Tapi jika clock speed terlalu tinggi akan membawa konsekuensi lebih kepada "masalah", bukan performa.
Peningkatan clock speed dapat membawa kerugian, seperti :
1. Panas yang berlebihan (over-heated).
2. Kebutuhan daya semakin besar (boros).
3. Efek berisik yang ditimbulkan oleh Cooling Fan yang berputar berbanding dengan suhu.
4. Mempengaruhi suhu ruang casing, sehingga device lain di sistem arsitektur tsb ikut kena imbasnya,
seperti RAM, HDD dan Controller.
5. Generasi processor terbaru selalu memiliki jumlah transistor yang makin banyak (2 kali lipat) dan
makin rapat. Itu artinya processor terbaru membawa konsekuensi panas yang makin tinggi.
6. Semua processor berbahan dasar silicon sudah memiliki Clock Speed dengan ambang tertentu. Jika
melebihi kemampuannya, maka inti processor akan mengalami kerusakan.
Pada dasarnya clock speed memiliki batasan psikologis yang tidak boleh dilanggar. Sama seperti kendaraan bermotor juga memiliki ambang batas kecepatan. Orang naik motor setiap hari biasanya dengan kecepatan konstan 50 – 90 km/jam saja. Jika angkanya sudah lebih dari itu, maka kecepatan itu sudah tidak berguna selain mendapatkan masalah yang lebih besar. Orang yang nekat mengendarai motor diatas 100 km/jam di jalan Jakarta, pasti memiliki resiko tinggi seperti jatuh, tertabrak, menabrak atau mati ! Begitupula dengan clock speed processor yang memiliki ambang batas antara 1,5 GHz ~ 2,5 GHz saja, jika sudah melebihi dari angka itu sudah tidak berguna lagi untuk pengolahan aplikasi yang ada saat ini.
Maka dari itu vendor seperti Intel memikirkan cara untuk meningkatkan performa Processor tanpa harus menambah angka Clock Speed. Salah satu teknik yang ditempuh adalah dengan menambah jumlah CORE. CORE adalah “mesin utama” pada processor yang melakukan pengolahan data. Jika processor memiliki dua buah Core (atau Dual Core), itu dapat diibaratkan jika processor memiliki dua mesin. Apalagi jika menggunakan 4 core (Quad Core). Ada beberapa alasan Intel lebih memilih CORE daripada clock speed :
* Clock Speed Processor telah melewati angka psikologis, yaitu 2.5 GHz.
* Dari aplikasi benchmark mutakhir, didapati kenyataan bahwa performa Core 2 Duo jauh lebih
unggul daripada Pentium D. Padahal Core 2 Duo memiliki clock speed yang jauh lebih rendah,
dimana Pentium D juga menggunakan Dual Core. Core 2 Quad diklaim memiliki performa rata2
50% lebih baik daripada pendahulunya.
* Sebagian besar orang akan membuka aplikasi multitasking pada komputer mereka, yang lebih
membutuhkan CORE daripada Clock Speed.
* Sebagian besar aplikasi menggunakan graphics dan database yang lebih membutuhkan kapasitas
CACHE MEMORY daripada Clock Speed.
* Kapasitas RAM utama yang memadai, lebih penting daripada Clock Speed.
* FSB lebih penting untuk device lain (seperti RAM) daripada clock speed.
Menurut informasi, Intel akan fokus pada pengembangan CORE dan berambisi memasuki era Multi-Core dengan Core diatas 8 buah mulai tahun 2008. Ini menunjukkan betapa seriusnya pengaruh teknologi ini.
Yang perlu dipahami adalah, jumlah CORE akan memiliki efek positif apabila kita menjalankan aplikasi multitasking dan graphics dengan resolusi tinggi. Selain dari itu, pengaruhnya tidak akan terasa signifikan. Tapi itu bukan berarti saat ini kita tidak membutuhkan dual core, karena pada dasarnya multitasking adalah kegiatan yang umum kita lakukan di komputer. Begitu pentingnya masalah CORE ini, bahkan Intel Celeron saja nantinya dilengkapi fitur Dual Core juga !
(Gusmus)
Walaupun secara teoritis : makin banyak frekuensi dalam waktu satu detik, akan membuat kecepatan pengolahan makin meningkat. Tapi jika clock speed terlalu tinggi akan membawa konsekuensi lebih kepada "masalah", bukan performa.
Peningkatan clock speed dapat membawa kerugian, seperti :
1. Panas yang berlebihan (over-heated).
2. Kebutuhan daya semakin besar (boros).
3. Efek berisik yang ditimbulkan oleh Cooling Fan yang berputar berbanding dengan suhu.
4. Mempengaruhi suhu ruang casing, sehingga device lain di sistem arsitektur tsb ikut kena imbasnya,
seperti RAM, HDD dan Controller.
5. Generasi processor terbaru selalu memiliki jumlah transistor yang makin banyak (2 kali lipat) dan
makin rapat. Itu artinya processor terbaru membawa konsekuensi panas yang makin tinggi.
6. Semua processor berbahan dasar silicon sudah memiliki Clock Speed dengan ambang tertentu. Jika
melebihi kemampuannya, maka inti processor akan mengalami kerusakan.
Pada dasarnya clock speed memiliki batasan psikologis yang tidak boleh dilanggar. Sama seperti kendaraan bermotor juga memiliki ambang batas kecepatan. Orang naik motor setiap hari biasanya dengan kecepatan konstan 50 – 90 km/jam saja. Jika angkanya sudah lebih dari itu, maka kecepatan itu sudah tidak berguna selain mendapatkan masalah yang lebih besar. Orang yang nekat mengendarai motor diatas 100 km/jam di jalan Jakarta, pasti memiliki resiko tinggi seperti jatuh, tertabrak, menabrak atau mati ! Begitupula dengan clock speed processor yang memiliki ambang batas antara 1,5 GHz ~ 2,5 GHz saja, jika sudah melebihi dari angka itu sudah tidak berguna lagi untuk pengolahan aplikasi yang ada saat ini.
Maka dari itu vendor seperti Intel memikirkan cara untuk meningkatkan performa Processor tanpa harus menambah angka Clock Speed. Salah satu teknik yang ditempuh adalah dengan menambah jumlah CORE. CORE adalah “mesin utama” pada processor yang melakukan pengolahan data. Jika processor memiliki dua buah Core (atau Dual Core), itu dapat diibaratkan jika processor memiliki dua mesin. Apalagi jika menggunakan 4 core (Quad Core). Ada beberapa alasan Intel lebih memilih CORE daripada clock speed :
* Clock Speed Processor telah melewati angka psikologis, yaitu 2.5 GHz.
* Dari aplikasi benchmark mutakhir, didapati kenyataan bahwa performa Core 2 Duo jauh lebih
unggul daripada Pentium D. Padahal Core 2 Duo memiliki clock speed yang jauh lebih rendah,
dimana Pentium D juga menggunakan Dual Core. Core 2 Quad diklaim memiliki performa rata2
50% lebih baik daripada pendahulunya.
* Sebagian besar orang akan membuka aplikasi multitasking pada komputer mereka, yang lebih
membutuhkan CORE daripada Clock Speed.
* Sebagian besar aplikasi menggunakan graphics dan database yang lebih membutuhkan kapasitas
CACHE MEMORY daripada Clock Speed.
* Kapasitas RAM utama yang memadai, lebih penting daripada Clock Speed.
* FSB lebih penting untuk device lain (seperti RAM) daripada clock speed.
Menurut informasi, Intel akan fokus pada pengembangan CORE dan berambisi memasuki era Multi-Core dengan Core diatas 8 buah mulai tahun 2008. Ini menunjukkan betapa seriusnya pengaruh teknologi ini.
Yang perlu dipahami adalah, jumlah CORE akan memiliki efek positif apabila kita menjalankan aplikasi multitasking dan graphics dengan resolusi tinggi. Selain dari itu, pengaruhnya tidak akan terasa signifikan. Tapi itu bukan berarti saat ini kita tidak membutuhkan dual core, karena pada dasarnya multitasking adalah kegiatan yang umum kita lakukan di komputer. Begitu pentingnya masalah CORE ini, bahkan Intel Celeron saja nantinya dilengkapi fitur Dual Core juga !
(Gusmus)
No comments: